KM.Mellbao. Kamis (30/8/2012) Sesekali pria tua berkopiah putih itu duduk di berugaq berukuran 4 persegi itu. Tangannya sudah keriput sambil membersihkan daun dan bekas sampah penziarah makam sambil ia merapikannya.
Begitulah H. Ali Bawiris (71) melewati hari-harinya sebagai perawat dan penjaga makam di makam Bintaro, kelurahan Bintaro kecamatan Ampenan. Hampir sudah 20 tahun pekerjaan itu dilakuninya. Istilahnya sebutan akrab warga setempat sebagai (Mangku).
Dua minggu kemarin suasana pemakaman Bintaro sangat ramai dari penggunjung yang hendak merayakan Lebaran Ketupat. Selain kesibukan menjaga makam, mempersiapkan segala peralatan untuk pemakaman pun selalu di persiapkan setiap saat.
“Biasanya memang begini. Ramenya itu pas Lebaran Ketupat dan acara pemakaman atau hari-hari besar aja,” Ujar Kakek ini. Makanya banyak aktivitas penjaga dan perawat makam yang harus dipersiapakan selama bulan ini.
Menurut H. Ali, memang setiap hari perlu dirawat, paling pagi saja. Makam disapu dan disiangi dari rumput liar serta keramik makam utama Syekh Abdulla Badawi dipel. Kecuali makam yang lain paling rumput dan sampah saja. Apalagi saat sekarang masih suasana lebaran Idul Fitri dan Lebaran Ketupat, makam tetap dibersihkan. “Khususnya selama bulan Puasa kemarin saya dibantu dua orang pembantu makam, Jarko dan Jisyah untuk bagian kebersihan saja”Ujarnya.
Untuk honor tiap bulan H. Ali harus diambilkan dari pembayaran parkir sejumlah Rp. 300 ribu per bulan. Itu belum termasuk pemberian uang penggalian kuburan jika ada warga yang meninggal, satu lubang terkadang diberi Rp 25 ribu hingga 50 ribu. Terkadang ada juga pembeian penziarah. Lumayan penghasilan dari sini bisa biaya anak sekolah walau pun ada usaha kecil-kecilan,”Ujar lelaki kelahiran Ampenan ini.
Hal senada juga dikatakan Jarko (40) selama istikomah di makam Bintaro ada saja rizki yang didapatkan walau pun itu tak seberapa,” Cerita Jarko.
Profesi sebagai penjaga makam Bintaro ditekuni sejak usia 16 tahun karena pekerjaan ini sudah turun temurun dari kakek dan orang tua beliau. “ Dulu boleh dikata disini banyak rumput alang-alang hingga satu meter tingginya. Sekarang sudah enak, dah rapi, pemandangannya, dulu orang kata makam ini Seram, tapi itu tidak benar,” Tuturnya.
Harapan ke depan pada pemerintah Kota Mataram penjaga makam lebih diperhatikan karena bagaimana pun juga makam Bintaro ini adalah bukti sejarah yang harus dirawat sampai kkapan pun. (Yar)