KM.Mellbao. Adzan Magrib baru saja berlalu di kumandangkan di salah satu masjid yang tak jauh dari Jalan Langko Mataram. Ia duduk sambil mengusap keringat dengan sapu tangan kesayangannya, tiba-tiba ia bangun dan bergegas berjalan kaki.
Pak Ibrahim (67) nama akrab panggilannya. Ia adalah salah seorang warga desa Kerarang, Kecamatan Pringgarata, Lombok Tengah. Ia terus berjalan kaki sambil membawa Tikar Pandang dan tas kecil di pundaknya.
Demi menghemat ongkos angkutan dua ribu rupiah ia segera bergegas agar secepatnya bisa sampai di masjid Raya at-Taqwa salah satu masjid besar di kota Mataram.
Umumnya beliau bekerja sebagai penjual Tikar Pandan keliling di kota Mataram. Ia menekuni penjual Tikar Pandan semenjak 5 tahun yang lalu. Setelah umur beliau memmasuki usia senja, ketika tenaga tidak kuat lagi untuk bekerja menjadi buruh tani di sawah kampung halamannya.
Berjalan kaki dan ginap di masjid At-Taqwa Mataram adalah perjalanan yang harus di lalui sebelum tikar pandan ini habis terjual kata beliau pada “Komunitas Kampung Media” Kamis (5/9/2012).
Setiap satu Tikar Pandan dengan berukuran lebar 2 meter dijual pak Ibrahim seharga Rp. 35 ribu rupiah bahkan sampai dengan 40 ribu terkadang juga tergantung kualitas Tikar Pandan. Jadi terkadang dalam satu hari tak satu pun Tikar Pandang yang terjual. Meski pun begitu pak Ibrahim tak pernah mengeluh dengan pekerjaan yang di jalani selama ini sebagai penjual Tikar Pandan.
“Ya terkadang satu hari paling dua tikar yang bisa terjual, tapi Alhamdulillah dengan dari hasil penjualan tikar ini saya bisa menapkahi semua anak, cucu dan semua keluarga di rumah sampai sekarang ini.
Sebagai pedagang tikar pandan saya menikmati betul pekerjaan ini, seakan tikar pandan menjadi berkah dan penopang hidup bagi keluarga saya di rumah,” Cerita beliau sambil berjalan merangkul tas kecil berwarna biru. (Yar)