KM.Mellbao:
(3/10/2012) Rumahku adalah Istanaku, Rumahku
adalah surgaku. Kata-kata bijak yang sering kita dengar dan baca dan
sarat dengan makna itu memang benar sekali, tak memandang bagus, besar atau
mewahnya sebuah rumah.
Bahkan sebuah gubuk reot yang jauh dari kategori
rumah sangat sederhana dan layak huni sekalipun, bisa menjadi sebuah istana
juga mungkin surga bagi penghuninya.
dalah seorang mantan
perawat yang kini hidup seorang diri di gubugnya yang sungguh amat sangat
memprihatinkan di Lingkungan Taman Kapitan Kelurahan Taman Sari Kecamatan
Ampenan. Namanya Bu Rini, biasa dipanggil papuq (nenek) Rini oleh warga
sekitar.
Tinggal di tanah milik
tetangganya, papuq Rini membangun sebuah rumah mungil dari pagar bambu
berdiameter 3x4 meter dan sebuah tempat ngaso atau sejenis balai-balai di luar
rumahnya terbuat dari bambu dengan ditutup kain bekas yang saat ini beralih
fungsi menjadi tempat tidurnya.
"Sebenarnya beliau
pernah diminta pindah oleh kepala lingkungan dan warga ke panti jompo, tapi
ndak mau."Kata Bu Nur tetangganya
Entah apa yang ada
dalam benak dan pikiran papuq Rini, yang untuk menghidupi kebutuhannya sendiri
ia tak mampu karena kondisi tubuhnya yang sudah payah.
Melihat keadaannya
itu, warga sekitarpun membantunya dengan memberinya makan dan minum.
"Ia hanya sebatang kara, tak ada keluarga. suami ataupun anak."
Jelas bu Nur yang sore itu membawakannya Roti.
Bersama seekor kucing
liar yang menemaninya, papuq Rini terlihat begitu menikmati kesendiriannya.
Walau dingin menerpa dan nyamuk menggerayangi tubuh rentanya, ia tetap
bertahan.
Mungkin dibenaknya ia
berkata, "gubugku istanaku, gubugku surgaku.". Ah, semoga pemerintah
segera merelokasinya karena akan kurang pantas dan elok kalau sebuah gubug reot
yang dihuni oleh seorang tua renta berada dekat dengan kantor Lurah. Apa
kata dunia?. (Yar)