KM.Mellbao: Kalau pernah berkunjung ke bekas pelabuhan kota
ampenan, sempatkanlah diri untuk melihat masjid Nurul Bahri yang terletak nya
di kampung melayu bangsal, kecamatan Ampenan.
Tak ada yang aneh dari masjid Nurul Bahri berlantai satu tersebut. Sebagian besar dinding bagian depan
dipasangi keramik untuk menahan rembesan ombak.
Sekilas, tak ada tanda masjid Nurul Bahri memiliki tanda-tanda masjid itu adalah bangunan tua, pada arsitek, bentuk
kubah. Karena pada tahun 1992 warga
setempat merombak habis bentuk awal masjid tersebut. Masjid ini merupakan warisan dari salah
seorang saudagar tersohor pada zamannya, yakni Ki Agus H Abdul Kadir dari kota
Palembang, Sumatra selatan .
Saat tiba di Ampenan, kerajaan hindu
masih berkuasa. Sebagai pedangang, ia menjalankan beberapa usaha jual beli,
seperti menjual kayu arang hingga pengiriman sapi keluar daerah. Usahanya
berajalan lancar dan sukses. Sebagian besar wilayah ampenan saat ini masih
miliknya.
Sebagai pemeluk agama Islam yang taat,
ia pun mulai memikirkan tempat ibadah, karena waktu itu masih jarang tempat ibadah,
karena waktu itu masih jarang tempat ibadah seperti masjid.
Pada tahun 1917,
abdul kadir kemudian berinisiatif membangun surau atau langgar sebagai tempat
sholat, di ujung pantai Ampenan.
Sebuah langgar rumah panggung pun
berdiri dari kayu “anak tangganya ada enam. Langgar itu kemudian dimanfaatkan
warga setempat untuk shlat berjamaah dari tahun ke tahun, sampai akhirnya
dilakukan perbaikan beberapa kali. Sepeninggal saudagar,tanah di wakafkan untuk tetap dijadikan langgar dan tempat
ibadah bagi warga.
Pada perkembangan sterusnya warga merehab
bangunan langgar, sehingga berbentuk musolla permanen. sedang sebelum tahun
1992, warga tetap mengunakannya sebagai tempat shalat berjamaah biasa. Akhirnya
setelah dirombak habis, tahun 1993 masjid tersbut digunakan sebagai tempat
shalat berjamaah.
Sementara menurut ketua pengurus
masjid Nurul Bahri, Suardi, kisah masid tersebut tidak pernah diukukan, yang
tau persis hannya keturunan saudagar. Sejak dirombak seperti saat ini, masjis
nurul bahri seperti masjid biasa.
Warga sekitar masjid mengunakannya untuk
shalat berjamaah dan shalat Jum’at dan pengajiian hingga mengelar kegiatan
agama. “sejak ada masjid nurul bahri lingkungan ini menjadi ramai, masjid pun
mengelar berbbagai kegiatan agama.” Ucap Suardi.