KM.Mellbao. Mengapa orang tak kapok
menanam mako, sebutan orang Lombok untuk tembakau? Padahal tiap kali musim
tanam tak ada jaminan harga jual menguntungkan petani? Bahkan bukan sekali dua
kali harga jeblok dan membuat petani buntung. Jawabnya tentu saja bisa beragam,
tapi coba simak kisah Hasan. Laki-laki paruh baya dari Sakra Timur ini menanam
tembakau sejak 1998.
Sebelumnya ia kusir cidomo dan bekerja serabutan. “Saya
jual cidomo saya dan mengadu untung di usaha mako karena melihat kisah sukses
petani lainnya,” terang Hasan yang ditemui pertengahan Agustus 2012. (25/10/2012).
Kisah
Hasan memang bak dongeng. Bayangkan tiga kali musim tanam ia gagal total,
bahkan menanggung hutang puluhan juta besarnya. Hasan bergeming, keyakinannya
kuat bahwa rezekinya ada di usaha tembakau. Tahun keempat ia kembali menyewa
lahan dua hektar dengan harga sewa Rp 9 juta perhektar. Uang itu dia peroleh
dari pinjaman dengan bunga 20 persen pertahun. “Entah mengapa saya kok yakin
sekali suatu saat akan untung besar dari tembako,” kenang Hasan.
Benar
saja, pada tahun itu ia meraup untung. Dan sejak itu Hasan tak pernah rugi,
sekalipun ada masa-masa sulit pada musim tanam 2010 dan 2012, ia tetap bisa
bertahan. Lalu apa yang ia peroleh dari tembakau? Yang pasti hutangnya
terlunasi, lalu kebutuhan hidupnya pun tercukupi. Dari tembakau Hasan
bisa perbaiki rumah, membeli tiga buah sepeda motor, empat buah traktor, juga
sebuah mobil pick-up. “Saya menikahkan tiga anak saya dan bisa membayar biaya
naik haji juga dari rezeki mako” tandas Hasan yang akan ke tanah suci pada
2014.
Pada
musim tanam 2011 Hasan untung besar. Dari dua hektar lahan yang disewa, ia
meraup untung bersih Rp 70 juta. Hasan ingat betul, musim tanam
2011 matahari bersinar terang membuat tembakau mengkilat menebar pesona. Daun
tembakau memedar bak emas. Nyaris tak ada daun yang terbuang, termasuk
daun yang sudah jadi sampah diantara guludan pun bernilai tinggi. Banyak orang
membawa sapu ke sawah dan mengumpulkan daun-daun yang tercecer . Hasan ingat
betul, musim 2011 Itu disebut orang musim mako emas.
Kisah
Hasan tentu bukan rujukan untuk menyatakan semua petani tembakau bisa hidup
sejahtera. Tetapi satu hal yang pasti, orang seperti Hasan yang memiliki
keyakinan yang besar akan “berkah” tembakau, jumlahnya ribuan di lombok.
Itulah sebabnya musim berganti, usaha tembakau tak pernah sepi. “Usaha tembakau
rajanya uang, saya tak mungkin berani sewa tanah kalau tidak untuk tanam
tembakau. Tanam yang lain pasti rugi,” papar Hasan.