KM.Mellbao: Direktur Lembaga Studi Kemanusiaan (LenSA) NTB, Akhdiansyah mengatakan menyelesaikan konflik di tengah-tengah masyarakat, termasuk kasus kerusuhan yang terjadi di Sumbawa, tidak cukup hanya dengan memberikan himbauan dan pendekatan hukum formal semata.
“Dari beberapa kasus konflik maupun kerusuhan yang terjadi, pendekatan seperti itu tidak pernah mampu memberikan hasil,” kata Akhdiyansyah kepada LOMBOKita, Kamis (24/1/2013).
Alih-alih mampu menyelesaikan persoalan, kata pria yang akrab disapa Yongky tersebut, belum saja penanganan masalah satu mampu diselesaikan, persoalan konflik dan kerusuhan baru justru muncul lagi. Sehebat apapun seorang pemimpin, seberapa banyak aparat kepolisian diterjunkan melakukan pengamanan di daerah berlangsungnya konflik, seberapa seringnya pemerintah dan tokoh agama mengeluarkan himbauan melalui media massa tetapi kalau hanya sekedar himbauan dan pendekatan hukum dengan menerjunkan aparat kepolisian, sampai kapanpun persolan tidak akan pernah mampu dituntaskan.
Menurutnya, pemerintah bersama aparat keamanan harus proaktif mencari dan menemukan akar persoalan yang terjadi. Kerusuhan di tidak cukup menyelesaikannya hanya dari sisi permukaan luar, melainkan harus sampai ke akar rumput, dengan proaktif melakukan pendekatan, berkunjung dan berdialog secara langsung dengan masyarakat setempat.
“Saya rasa, seringnya terjadi konflik sosial di tengah masyarakat NTB, tidak semata disebabkan oleh persolan mudahnya masyarakat terprovokasi isu menyesatkan, melainkan juga bisa dipicu oleh faktor lain, sebut saja faktor ekonomi,” jelas Akhdiyansyah.
Dalam banyak kasus, tambah Yongky, kesenjangan ekonomi antara miskin dan kaya, ketidak terjadinya pemerataan pembangunan antara daerah satu dengan daerah lainnya, ketidak percayaan masyarakat terhadapa kinerja pemerintah, seringkali menjadi pemicu, sekaligus penyulut terjadinya kerusuhan termasuk konflik sosial di tengah masyarakat. (Sumber Lombokita.com)