KM.Mellbao: Januari 2009, Budiatun (33) bersama anggota kelompoknya, ia membuat kandang kecil berbahan bambu di
atas lahan 15 are yang ia sewa bersama 16 anggota. Untuk mengisi kandang, mereka
mengeluarkan iuran hingga dapat membeli lima ekor sapi.
Sejak 2011 bantuan program NTB Bumi Sejuta Sapi (BSS) sebesar Rp 228 juta. Dana
itu dibelanjakan untuk membeli 36 ekor sapi, 6 ekor diantaranya pejantan.
Sebelumnya disisihkan Rp 12 juta untuk membangun kandang yang dipindahkan ke
tanah milik ketua kelompok. Total nilai pembangunan kandang ditaksir sebesar Rp
45 juta. Karena masih kurang kelompok harus
mengeluarkan iuran ditambah kayu untuk menalangi kekurangan dana Rp 33 juta. (4/2/2013)
Setelah 9 bulan sejak
turunnya bantuan program BSS. Semua sapi betina yang berjumlah 30 ekor sedang
bunting tua. Dua di antaranya, baru-baru ini melahirkan. Kelahiran dua ekor
anak sapi yang menambah populasi di kandang kolektif itu membuat para anggota
kelompok kian bertambah semangat. Apalagi setiap
anggota kelompok sudah jatah 2 ekor sapi dari sapi induk.
Keberadaan kelompok ternak Bina Lestari tak asing lagi di mata masyarakat
sekitarnya, terutama di kalangan perguruan tinggi. Universitas
Mataram tercatat sudah 3 kali melakukan studi banding. Begitu juga Lombok tv mengunjungi kelompok Bina Lestari untuk
dipublikasikan dalam siarannya.
Seiring dengan
perkembangan positif yang dialami. Jumlah pengadas juga mulai berkurang karena setiap anggota sudah memiliki sapi 2-3 ekor dari bantuan NTB BSS pemerintah provinsi.
Musim berlalu jaman
berganti, generasi datang dan pergi,
usaha sapi tetap dilakoni. Rumah batu bisa berdiri. Sekolah anak cucu
menjadi pasti. Dan ibadah haji ke tanah suci terealisasi. Semuanya karena rezeki
Tuhan dari sapi. Memelihara sapi bagi banyak orang
NTB, seperti memelihara anak sendiri.Tentu maksudnya bukan menyamakan anak
manusia dengan sapi, tetapi ungkapan itu menyiratkan betapa sapi diyakini
sebagai anugerah berharga dari ilahi,” Terang Budianto.
(yar)