|
Kopi Lombok |
KM.Mellbao: Orangnya ramah,
terbuka, sering tersenyum. Itulah sosok pak Tirtawan, pemilik usaha “kopi
Lombok”. Bagi Tirtawan kopi merupakan sesuatu yang selalu dekat dengan
hidupnya. Dari anak-anak hingga kakek-kakek, Tirta selalu mengandalkan kopi
sebagai sumber penghasilan. Hannya dulu bedanya Tirta usaha singkong sekarang
sudah punya usaha kopi sendiri “Mule Paice”.
“Umur 12 tahun, saya
sudah ikut bantu orangtua menanam kopi,” kata Tirta mengenang masa lalunya.
Pada saat itu,orangtuanya masih tinggal di bekas kerajaan Prabe, desa Batu
Mekar, Kecamatan Lingsar Lombok Barat. Namun ceritanya di dusun Prabe terdapat
bekas kerajaan Prabe hingga nama dusun Prabe yang damai yang saat itu dihuni
orang kerajaan. Itu sekilas sejarah kampung Prabe yang selalu kondang dengan
keaslian kopinya.
Menurut Tirtawan,kalau
urusan kopi sejak muda dia sudah menjadi pakarnya. “Makanya, saya nggak bisa
dibohongi. Saya ngerti kopi asli dan tidak, tapi saya tidak bisa menjelaskan
rasa kopi yang paling enak itu seperti apa?. Hannya saya tahu dan bisa
membedakannya. Tirtawan mengatakan, kopi
Prabe sebagian besar adalah kopi Robusta,
walaupun ada sebagian yang Arabica.
Keaslian kopi tergantung dari kematangan kopi it sendiri. Kalau matangnya
bagus, maka dari aromanya bisa kita tebak,”.
Lelaki kelahiran asli
Lombok tahun 14 Maret 1963 ini mengaku,
sudah memulai usaha produksi kopi bubuk murni sejak 2005. Bisnis kopi dirintis
bersama 18 anggota masyarakat didusunnya. Mereka pun tergabung menjadi satu
kelompok “Mule Paice”.
Menurut dia, awalnya
usaha kopi Lomboknya niatnya untuk membantu kekurangan ekonomi keluarga, tapi
lama kelamaan dia menjadi sumber pendapatan keluarga yang antara lain bisa
dipakai untuk membiayai empat anak sekolah dan membangun rumah. Itulah keberkah
dari usaha kopi Lombok ini. “ Saya capek sih. Tapi, kan saya tidakbisa
berhenti. Kalau berhenti tidak bisa makan. Saya, tidak bisa membayangkan dusun
Prabe tanpa kopi, kopilah yang sudah membantu ekonomi kami,” kata
Tirtawan. (yar)